Bismillahi rahmani Rahim
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatu
Alhamdulillahi rabbil alamin, Alhamdulillahi rabbil alamin, Alhamdulillahi
rabbil alamin
Sebuah kebanggaan bagi kami dari ikatan mahasiswa pelajar
soppeng koperti universitas muslim Indonesia (IMPS UMI) atas telah berhasilnya
menjalankan program kerja dengan nama
kegiatan Halaqah Latemmamala.
Jika
ada pertanyaan kemudian, apa pemaknaan dari “halaqah latemmamala” atas
penemaan kegiatan dari teman-teman IMPS UMI, maka jawaban dari kami yaitu karna
Halaqah sendiri
dikenal dalam berbagai istilah, ada yang menyebutnya dengan usrah (keluarga),
karena metode halaqah ini lebih bersifat kekeluargaan menurut kami, tak
lepas dari sangkut paut cabang kegiatan kami yaitu cerdas cermat dan turnamen
futsal, Halaqah juga merupakan sebuah istilah yang ada hubungannya
dengan dunia pendidikan, khususnya pendidikan atau pengajaran, sekaligus syiar
islam. Kemudian kaitannya dengan
latemmamala, bercerita sedikit tentang sejarah, Didalam lontara tertulis
bahwa jauh sebelum terbentuknya Kerajaan Soppeng telah ada kekuasaan yang
mengatur jalannya Pemerintahan yang berdasarkan kesepakatan 60 Pemuka
Masyarakat, hal ini dilihat dari jumlah Arung, Sullewatang, Paddanreng, dan
Pabbicara yang mempunyai daerah kekuasaan sendiri yang dikoordini olih
LILI-LILI
Namun suatu waktu terjadi suatu musim kemarau disana sini timbul huru-hara, kekacauan sehingga kemiskinan dan kemelaratan terjadi dimana-mana olehnya itu 60 Pemuka Masyarakat bersepakat untuk mengangkat seorang junjungan yang dapat mengatasi semua masalah tersebut
Tampil Arung Bila mengambil inisiatif mengadakan musyawarah besar yang dihadiri 30 orang matoa dari Soppeng Riaja dan 30 orang Matoa dari Soppeng Rilau, sementara musyawarah terganggu dan Arung Bila memerintahkan untuk menghalau burung tersebut dan mengikuti kemana mereka terbang.
Burung Kakak Tua tersebut akhirnya sampai di Sekkanyili dan ditempat inilah ditemukan seorang berpakaian indah sementara duduk diatas batu, yang bergelar Manurungnge Ri Sekkanyili atau LATEMMAMALA sebagai pemimpin yang diikuti dengan IKRAR, ikrar tersebut terjadi antara LATEMMAMALA dengan rakyat Soppeng.
Demikianlah komitmen yang lahir antara Latemmamala dengan rakyat Soppeng, dan saat itulah Latemmamala menerima pengangkatan dengan Gelar DATU SOPPENG, sekaligus sebagai awal terbentuknya Kerajaan Soppeng, dengan mengangkat Sumpah di atas Batu yang di beri nama “LAMUNG PATUE” sambil memegang segenggam padi denga mengucapkan kalimat yang artinya “isi padi tak akan masuk melalui kerongkongan saya bila berlaku curang dalam melakukan Pemerintahan selaku Datu Soppeng”. Berdasarkan penyimakan sejarah tersebut, Maka kata latemmamalapun menjadi sentral pandangan kami bahwa latemmamala merupakan awal dari terbentuknya kerajaan soppeng sekaligus semua ketatanam masyarakat yang ada di dalamnya yang berkembang hingga hari ini, tak hanya itu soppeng hari inipun telah akrab menjadi tanah safaan bumi latemmamala.
Namun suatu waktu terjadi suatu musim kemarau disana sini timbul huru-hara, kekacauan sehingga kemiskinan dan kemelaratan terjadi dimana-mana olehnya itu 60 Pemuka Masyarakat bersepakat untuk mengangkat seorang junjungan yang dapat mengatasi semua masalah tersebut
Tampil Arung Bila mengambil inisiatif mengadakan musyawarah besar yang dihadiri 30 orang matoa dari Soppeng Riaja dan 30 orang Matoa dari Soppeng Rilau, sementara musyawarah terganggu dan Arung Bila memerintahkan untuk menghalau burung tersebut dan mengikuti kemana mereka terbang.
Burung Kakak Tua tersebut akhirnya sampai di Sekkanyili dan ditempat inilah ditemukan seorang berpakaian indah sementara duduk diatas batu, yang bergelar Manurungnge Ri Sekkanyili atau LATEMMAMALA sebagai pemimpin yang diikuti dengan IKRAR, ikrar tersebut terjadi antara LATEMMAMALA dengan rakyat Soppeng.
Demikianlah komitmen yang lahir antara Latemmamala dengan rakyat Soppeng, dan saat itulah Latemmamala menerima pengangkatan dengan Gelar DATU SOPPENG, sekaligus sebagai awal terbentuknya Kerajaan Soppeng, dengan mengangkat Sumpah di atas Batu yang di beri nama “LAMUNG PATUE” sambil memegang segenggam padi denga mengucapkan kalimat yang artinya “isi padi tak akan masuk melalui kerongkongan saya bila berlaku curang dalam melakukan Pemerintahan selaku Datu Soppeng”. Berdasarkan penyimakan sejarah tersebut, Maka kata latemmamalapun menjadi sentral pandangan kami bahwa latemmamala merupakan awal dari terbentuknya kerajaan soppeng sekaligus semua ketatanam masyarakat yang ada di dalamnya yang berkembang hingga hari ini, tak hanya itu soppeng hari inipun telah akrab menjadi tanah safaan bumi latemmamala.
Adapun tema sentral kegiatan kami
yaitu, “Menanamkan Nilai-Nilai Kedaerahan Ditengah Kompetisi Globalisasi”. Maksud dari tema ini ialah sesuai dengan
tujuan dari pada kegiatan kami
yaitu untuk menanamkan niali-nilai kecintaan terhadap daerah
dan selalu menanamkan nilai-nilai kearifan local dalam memacu potensi yang ada dalam diri generasi muda dan terhindar
dari degradasi moral arus globalisasi. Selain itu tema ini mencakup tentang
penerapan nilai-nilai perjuangan sekaligus cerminan dalam berkompetisi melawan
gejolak globalisasi mengingat Indonesia pada hari ini telah siap berkompetisi
dengan Negara lain atas bergabungnya dalam Masyarakat Ekonomi Asia (MEA) yang
telah sah datang menyapa Indonesia awal tahun 2016 baru ini.
Adapun
cabangan kegiatan cerdas cermat kami ini mengangkat sebuah sejarah dalam materi
lombanya, dimana sejarah soppeng menjadi sebuah materi yang kemudian menjadi
bahan yang akan keluar pada perlombaan cerdas cermat kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar