26 Juli 2018 dimana kegiatan desa mitra berdaya kembali dilaksanakan didesa mattabulu untuk melengkapi apa apa yang masih prematur tahun lalu serta melakukan peremajaan terhadap spot foto yang mulai rusak, program kerja yang sejatinya berbasis pengabdian terhadap masyarakat. Tentunya kata pengabdian dalam esensi kegiatan ini merupakan suatu keikhlasan untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk masyarakat mattabulu. Namun hari ini kegiatan pengabdian masyarakat di BEBERAPA organisasi hanya sebatas program kerja saja karena dilakukan bukan dengan hatinurani serta keikhlasan melainkan karena EKSISTENSI.
Kegiatan ini diinisiasi oleh IMPS KOP UMI, karena lokasi desa mitra mattabulu merupakan bagian dari kecamatan lalabata maka dari itu kami mengajak IMPS RAYON LALABATA untuk bekerjasama, jadi tahun lalu ada dua organisasi yang saling bekerjasama untuk kegiatan ini, namun tahun ini ada teman baru kami dari KPA LENTERA karena hal yang kemarin menjadi pelajaran bagi kami ketika kami sebagai mahasiswa kembali kerutinitas perkuliahan, apa yang kami bangun terbengkalai, karena itu kami mengajak teman teman lentera untuk bekerjasama agar nantinya ada yang akan terus memantau apa apa yang sudah kami kerjakan serta mewujudkan cita cita desa mitra kami.
Pembukaan kegiatanpun dimulai seperti kegiatan pada umumnya yang mana akan menjadi sampul dari kegiatan ini, hal yang sangat disayangkan ketika pembukaan kegiatan berlangsung karena hanya beberapa bahkan perwakilan dari setiap lembaga serta aparatur desa yang hadir, bahkan masyarakat yang rencananya akan kami berdayakan sangat kurang yang menghadiri kegiatan pembukaan ini, padahal semua hal yang nantinya akan kami paparkan sekitar 80% targetnya ke Masyarakat desa mattabulu.
Wajah yang berseri seri serta semangat yang membara jelas terlihat ketika ketua umum imps umi “SYAMSUL RIJAL” menyampaikan sambutannya untuk kegiatan ini, semangat yang ketua kami tanamkan kepada kami untuk melakukan pengabdian didesa mitra mattabulu menjadi awal yang baik, seketika terdengar suara gemuruh tepuk tangan dari seluruh elemen yg menghadiri pembukaan kegiatan ini
Pembukaan kegiatan dibuka oleh sekertaris desa mattabulu dengan ucapan basmalah “Bismillahi rahmanirahim, serta pemaparan konsep kegiatan yang ingin kami realisasikan seperti: peremajaan kembali spot foto di tellong meriangnge, melakukan pelatihan ekonomi kreatif untuk menjadi oleh oleh khas mattabulu, melakukan pembuatan taman sayur didepan kantor desa serta meng adakan perpus desa.
Nampak jelas semangat dari wajah seluruh elemen yang hadir pada saat itu karena konsep yang kami tawarkan merupakan hal yang berdampak baik bagi desa mattabulu, dan kamipun sering mengulangi kalimat “ kami hadir di desa ini menginisiasi kegiatan ini serta apa yang kami kerjakan tidak akan sesuai dengan konsep yang kami tawarkan jika masyarakat tidak turut berpartisipasi dalam kegiatan ini”.
Pembacaan doa merupakan simbolis penutupan dari acara pembukaan kegiatan dimana kelancaran kegiatan ini merupakan hal yang kami dambakan serta apa yang nantinya kita lakukan bersama bisa berdampak positif terhadap desa mattabulu secara umum dan kepada masyarakat secara khusus.
Hari pertama kami melakukan pengabdian setelah pembukaan kegiatan berlangsung kami langsung menuju ketitik pengabdian masyarakat tahun lalu sebut saja lokasi itu”Tellong Meriang'nge” nama yang masyarakat desa mattabulu berikan karena sejarah dari tempat itu dulunya sebagai jendela meriam, dilokasi itu pula sekitar 50 meter dari tellong meriangnge terdapat situs “petta abbanuangnge” jadi lokasi tempat dimana panorama alam yang disajikan oleh tellong meriang'nge merupakan tempat religius untuk masyarakat mattabulu, oleh karena batu besar yang menjadi tempat sarang burung yang kami buat tahun lalu dilarang untuk difungsikan kembali, karena kepercayaan mereka terhadap batu itu merupakan rumah makhluk yang tidak kasat mata. Namun secara realitas batu itu memang sangat berbahaya untuk dijadikan tempat spot foto karnena kondisi fondasi atau alas dari batu itu sudah mulai retak maka kami berinisiasi untuk tidak menggunakan batu itu sebagai salah satu spot foto di tellongeriangnge.
Minggu pertama kita melakukan sebuah pembersihan rumput serta spot foto yang mulai rusak, teman teman dari 3 organisasi yang saling berkolaborasi dengan semangatnya melakukan pembenahan serta pembersihan rumput dan ranting pepohonan di area spot foto yang nntinya akan dibuat kemabali.
Hal yang dikerjakan hampir tidak kami ketahui cara memulainya, karena kamipun yang basicnya adalah mahasiswa yang kemarin hanya terbiasa memegang pena serta berlandaskan beberapa teori dari buku buku. Hari ini memegang parang, gergaji, palu, pahat serta bahan pelengkap lainnya semisal paku.
Namun hal itu lah yang menjadi pengetahuan baru kami dari kegiatan ini, karena sejatinya mahasiswa bukan hanya bergelut dengan mereka yang berdasi namun perlu pula bergelut dengab mereka yang mekikul cangkul. Karna kesadaran akan sebuah tanggung jawab yang di ada dipundak kami perlu kami tuntaskan.
4 Agustus 2018 tepatnya pada hari sabtu, kami berencana untuk bermalam di tellong meriangnge agar sekiranya pagi harinya bisa kami produktifkan. Tepat pada sore itu dimana kami melakukan perjalanan yang lumayan menanjak dari dusun cirowali ke puncak tellong meriangnge, sebenarnya ada dua jalur yang bisa kami tempuh untuk sampai ke lokasi, dialur pertama atau jalur umum yang dilalui oleh pengunjung jaraknya cukup jauh dan tidak terlalu menanjak dan kondisi jalurnyapun masih alami belum ada perbaikan jalan, dan jalur kedua sering dilalui oleh masyarakat desa mattabulu untuk ke kebun mereka, jalur ini lumayan lebih dekat dibanding jalur pertama namun tantangan yang ada dijalur ini adalah tanjakan yang tinggi dengan kemiringan sekitar 70° serta kondisi jalur yang sempit yang terdapat jurang disebelah kanan ketika kita ingin kelokasi tellong meriangnge.
Sore itu terdapat beberapa teman teman panitia yang masih menunjukkan atensinya serta menunaikan tanggung jawab mereka akan pengabdian ini di desa mattabulu. Kamipun melanjutkan rutinitas yang kemarin kami lakukan. Dengan melakukan pembersihan terhadap gulma yang tumbuh.
Sosok bola yang bersinar yang tadinya percaya diri muncul dari timur sekarang dengan malu mulai meredup di ufuk barat, orange kemerah merahan terpancar di atap bumiku, warna dari seluruh yang ada dibumi ini mulai menggelap. Dan beberapa alunan musik alam yang dengan nada merdunya serta suara hewan yang mulai melantunkan syairnya.
Beberapa dari kawan panitia bergegas untuk pulang, dan beberapa yang tinggal dan mendirikan tenda untuk persiapan kami bermalam dilokasi ini, gambaran ekspektasi yang seru terbayang akan hadir di malam ini sewaktu kami merencanakan kegiatan ini, malam ini ekspektasi itu menjadi kenyataan, kami nikmati setiap goresan angin yang meninggalkan suhu dinginnya difisik ini dengan seduhan kopi hangat untuk mengimbangi suhu dilokasi ini serta suguhan panorama yang ditawarkan tellong meriangnge terhadap setiap bola mata pada malam itu menjadi sebuah spirit untuk terus melanjutkan pengabdian ini.
Malam itu pula kami kedatangan kakak kami dari imps umi, sapa saja mereka dengan nama Kak jaya dan kak indra. Kepengurusan mereka kemarin yang melakukan penggarapan pertama terhadap desa mitra ini. Namun hari ini mereka tetap menunjukkan atensinya terhadap desa mattabulu dan organisasi tempat mereka bertempah kemarin, padahal mereka baru saja melakukan perjalanan dari makassar ke soppeng. Namun mereka menyempatkan untuk naik bercengkrama dengan kami di tellong meriangnge serta mendiskusikan bagaimana desa mitra ini kedepannya.
Jam menunjukkan pukul 00.20 WITA dan kedua kaka kami pun berpamitan untuk pulang kerumah mereka karena paginya mereka akan kembali kemakassar, dan kamipun bergegas untuk ke lokasi camp di bawah pepohonan pinus karena disana lokasinya lumayan hangat karena ada beberapa pohon pinus yang menjadi tameng dari angin.
Malam ini harus diakhiri dengan tidur meskipun masih banyak yang ingin kami diskusikan serta nuangsa alam yang ingin kami nikmati,namun kami harus menjaga stamina untuk mengerjakan apa yang belum rampung esok pagi. Karena banyak hal yang masih perlu kami realisasikan serta banyak harapan dan cita cita kami yang mesti kami wujudkan.
Hampir setiap hari kegiatan yang dilakukan hanya itu itu saja, dan sudah beberapa minggu kami mengabdikan diri kami didesa ini namun hanya beberapa pengunjung yang datang untuk menikmati jerih payah yang selama ini kami kerjakan, kamipun beranggapan mungkin hal ini terjadi karena nilai estetika di lokasi ini masih kurang serta cara kami untuk mengekspos di media sosial masih kurang. Maka dari itu kamipun mengenjot pemasaran lokasi wisata yabg berbasis penorama alam di media sosial kami.
Peralatan yang kami gunakan beberapa dari kak a. Akmal yang dengan setianya serta semangatnya hampir setiap hari ke titik kegiatan kami, kak dewi salaSatu kakak kami dari imps rayon lalabata yang telah dimisioner masih menunjukkan atensinya terhadap desa ini, sertakakak kami dari imps umi kak pico dan kak widya pun sering ke tellong meriangnge memberikan semangat kepada kami
17 agustus 2018 tepat dimana memperingati hari kemerdekaan negara ini yang katanya sudah merdeka, namun banyak masyarakat yang tidak merasakan kemerdekaan atas negrinya sendiri, karena maraknya perampasan lahan, kelaparan serta beberapa kaum yang hari ini dipenjarakan kritikannya. Semoga kesewenang wenangan dari kaum penguasa bisa menghilang agar kaum tertindas bisa merasakan kemerdekaannya.
Hari itu banyak kegiatan yang dilaksanakan aparatur serta lembaga di desa mattabulu untuk menyemarakkan peringatan hari kemerdekaan ini. Semisal sepak bola, volly, sepak takrow, tarik tambang, panjak pinang dan ditutup dengan lomba domino, kamipun beberapa gabungan organisasi di undang untuk hadir dalam penutupan kegiatan itu, maka dari itu hari itu kami turun ke dusun cirowali lebih awal untuk mengikuti rangkaian penutupan peringatan hari kemerdekaan itu
Sesampai kami dibawa tepatnya dilapangan dusun cirowali kami disuguhkan tuak yang masih segar dengan rasa yang sangat manis serta perasan jeruk melengkapi rasa pada gelas itu, tuak inilah yang menjadi bahan pokok untuk pembuatan gula aren yang menjadi pula salah satu mata pemcarian masyarakat mattabulu.
Kamipun dipanggil oleh kepala desa mattabulu yang sering kami sapa”etta desa” untuk naik ketas panggung mendiskusikan kegiatan yabg telah kami lakukan beberapa minggu ini di desa mattabulu secara umum dan di tellong meriangnge secara khusus. Namun ditengah diskusi kami harus terhenti oleh jadwal shalat magrib di tengah lapangan yang nntinya akan dilanjut dengan dzikir bersama.
Malam penutupanpun telah tiba dan hanya beberapa dari kami yang tinggal 2 orang dari umi, 1 orang dari kawankami di lentera dan 1 orangnya lagi dari kawan kami di imps rayon lalabata, namun 2 orang dari kami harus pulang karena salah satu dari mereka adalah perempuan sapa saja “kak ririn” perempuan yang sangat tangguh sesuai dengan slogan di fakultasnya. Sosok perempuan yang dari awal sampai sekarang menunjukkan atensi serta loyalitas yang tinggi terhadap imps umi. Dan satunya lagi laki laki yang akan mengantarnya untuk pulang kerumahnya.
Yang tinggal di lapangan dusun cirowali hanya ketua dari imps umi sapa saja dengan nama “ kak rijal” yang tetap dengan tegarnya, semangat serta percaya diri yang tinggi untuk terus menyemangati para anggotanya agar tetap mengembang niat pengabdian terhadap masyarakat mattabulu, dan satunya lagi kawan kami dari lentera yang kami sapa “anca” yang juga telah bekerja keras dalam menyukseskan kegiatan ini.
Malam itu sudah sangat larut, ketua kami diundang untuk memberikan hadia terhadap pemenang dari beberapa cabang yang diperlombakan untuk memperingati hari kemerdekaan bangsa ini. Sebuah latar perkotaan yang malam itu dipenuhi dengan cahaya yang sangat menawan menjadi latar ,melengkapi kemegahan panggung pada malam itu.
Diselasela kegiatan terkadang kami bernostalgia akan kegiatan kemarin yang mana 2 minggu pertama kita memulai kegiatan desa mitra ini dan kondisi di tellong meriangnge sudah ramai oleh para wisatawan, karena lokasi spot foto yang berada di tellong meriangnge merupakan tempat wisata pertama yabg ada dikabupaten soppeng, maka dari itu masyarakat kabupaten soppeng serta masyarakat diluar kabupaten soppeng berbondong bondong untuk datang karena rasa penasaran serta sebuah panorama yang sangat indah akan menjadi suguhan para wisatawan.
Hari hari berikutnya wisatawan semakin banyak karena terdapat banyak spot foto yang baru kami buat, dan masyarakat memanfaatkan momen ini sebagai mata pencarian sampingan untuk mereka dengan memanfaatkan pekarangan mereka sebagai lahan parkir para pengunjung dan beberapa masyarakat yang menjadi pedagang campuran yang mana lebih memudahkan pengunjung untuk mendapatkan makanan ringan, kopi hangat serta air minum, namun yang menjadi hal yang sangat miris adalah banyaknya sampah yang berserakan dilokasi itu, padahal sudah banyak marka yang tersebar di tellong meriangnge mengenai kebersihan.
Kembali kerealitas desamitra hari ini yabg kami garap sangat miris karena pengunjung yang datang sangat kurang padahal sudah kami lakukan pemasaran melalui media dari teman teman panitia serta mengaktifkan kembali akun official IG “Pesona.mattabulu” dan melakukan perbaikan serta penambahan spot foto di tellong meriangnge.
masyarakat yang sangat kami harapkan berpartisipasi penuh dikegiatan ini hanya 1 orang dari masyarakat desa mattabulu diluar dari beberapa panitia yg tinggal di desa mattabulu yang membantu kami secara langsung dilokasi tellomg meriangnge dalam membuat spot foto yang menjadi senjata mattabulu karena kondisi topograpi yang tinggi, panorama alam yang disajikakan dan beberapa hewan hutan yabg sering kali menghampiri semisal monyet.
1 september 2018, Ketua yang sejatinya menjadi kepala dari rangkaian kerangka yang tersusun namun, hari ini ketua kamipun merangkap menjadi kaki dan lengan, pergerakan yang kurang stabil dalam kepanitiaan karena terdapat beberapa manusia idiot yang tidak mengfungsionalkan dirinya. .Mungkin dengan berbagai kesibukan atau hanya alasan belaka.
Pada hari hari terakhir kegiatan hanya beberapa orang saja yang pergi untuk menunaikan tanggung jawab yang dari awal kita sepakati bersama, bahkan seringkali ketua kami hanya dengan sendirinya naik untuk mengerjakan hal hal yang belum rampung diatas, beliau mengorbankan waktu 3 bulan liburan ini dengan tidak membantu orang tuanya karena tanggung jawab dari organisasi yang kita cintai ini. Beliau sangat semangat dan bekerja keras dalam menyukseskan kegiatan ini
3 hari terakhir untuk menyelesaikan beberapa hal yang belum rampung seperti marka, Tim marka yang dengan uletnya mengerjakan pekerjaan mereka, terdapat kakak kami yang sering kami panggil” kak candu” menjadi pemecah keseriusan yang hadir, banyak cerita yang keluar dari bibirnya itu menjadi alasan untuk kami bersendau gurau dengan teman teman panitia dan tertawa bersama, kawan panitia . “a.dika, imran, rama “ menjadi sebab akan akibat gelak tawa yang muncul, dan “enhi” yang selalu mengingatkan kami ketika melakukan sesuatu yabg melampaui batas candaan
Kamipun memulai memotong papan untuk dijadikan marka yang selanjutnya akan kami cat dengan warna yang telah kami sepakati yaitu dengan warna dasar merah dan tulisan dengan warna kuning, Kak erik dan ewiel sepasang panitia yang selalu datang bersamaan, bagaimana tidak mereka berdua tinggal di cabbengnge, namun jarak tidak menjadi penghalang untuk mereka berdua untuk hadir membantunkami.
Suara adzan magrib pun mulai berkumandan dan pekerjaan yang kami kerjakan berhenti untuk hari ini, nyanyian hewan hutanpun sudah mulai menggemah serta suara angin yang membenturkan dirinya dipepohonan sekitaran kami, dan kamipun berbegas untuk menunaikan kewajiban kami sebagai seorang muslim.
Hampir setiap hari kita pulang malam dan sesekali kita singgah di PKK untuk mengisih lambung yang dari tadi merengek kelaparan, entak karena rasa lapar yang hadir bakso dari mas penjual yang terletak di PKK menjadi asupan yang sangat kami nikmati yang dibumbui oleh candaan dari teman teman panitia dan dilengkapi dengan seduhan kehangatan yang terjalin
2 hari terakhir, beberapa orang tinggal di perkampungan untuk menulis dipapan marka itu yang nantinya menemani para pengunjung dipejalanan naik ke tellong meriannge serta menjadi petunjuk jalan untuk wisatawan yang ingin menikmati panorama alam yabg disuguhkan tellong meriangnge,dan beberapa orang lagi ke hutan untuk mencari kayu yang nntinya akan dijadikan sebagai tiang dari papan yang akan kami buat marka
Tulisan dari papan itu terdapat 3 unsur, yang pertama ada untuk penunjuk jalan, yang kedua tulisan tentang romantisme agar nantinya pengunjung yang berjalan akan dihibur oleh setiap kalimat manis seperti “ Lap keringatta sayang” mungkin hanya kalimat sederhana namun hal itu dapat mengurai tawa dibibir para wisatawan. Serta tulisan tentang adat yang berlaku yang nantinya menjadi aturan yang berlaku
Hari yang berlalu merupakan pengalaman untuk kita , hari ini kita berusaha dan hari yang akan datang kami gantungkan harapan kami yang hari ini kami nawacitakan. Menyemangati diri sendiri merupakan hal yang sangat sulit namun ini sangat perlu dalam melakukan sesuatu pekerjaan, keikhlasan menjadi fondasi dari pengabdian kita.
Tibalah hari dimana kita ingin berpamitan kepada warga desa dan aparatur desa untuk kembali kerutinitas normal kami meskipun masih banyak dari program yang belum terlaksana karena faktor sumber daya manusia yang kurang sehibgga kami terkendala oleh waktu pelaksanaan
semoga apa yang kami perbuat di desa mattabulu bisa berdampak positif untuk desa mattabulu dan bermanfaat untuk masyarakat mattabulu, harapan kami pula semoga apa yang kami buat di tellong meriangnge dapat dilanjutkan oleh masyarakat mattabulu dan nantinya harapan kami untuk menjadikan desa mattabulu sebagai desa wisata dapat diwujudkan oleh masyarakat mattabulu.
“Kalimat yang hadir merupakan hasil pengekspresian terhadap hal yang terjadi dilokasi progtam kerja pengabdian masyarakat”
mantap kak
BalasHapus