MARIORIWAWO -- Tak perlu serius membaca tulisan ini. Sekadar tulisan biasa. Tulisan dari anak desa di perbatasan.
Saya memulainya dari pernyataan Confucius. Dia mengatakan "Tidak masalah selambat apapun kamu bergerak, asalkan kamu tidak berhenti". Hidup adalah pilihan. Kita semua sudah memilih jalur ini. IMPS UMI.
Untuk apa kamu bergabung dengan paguyuban ini? Jawaban awalnya, karena kekeluargaan. Ada wadah yang mempertemukan kita semua yang menempuh pendidikan di Kampus Hijau. Nah sekarang ngapain kita gabung, apa karena sosialisasi yang massif ke maba? Belum tentu. Apa karena faktor satu kampung? Tidak juga.
Lantas untuk apa, aktualisasi diri? Bisa berimprovisasi? Menggaet maba? Jangan terlalu cepat berkesimpulan yaa.
Ada seseorang yang pernah bertanya pada saya. 2016 silam. Di Masjid kampus. "Kak, untuk apa saya harus mengabdi di IMPS? Apa kontribusi yang saya dapat?" tanya anak itu dengan nada terbata-bata.
"Apa orientasimu berorganisasi," tanyaku balik.
"Mau belajar kak. Mau dikenal orang," timpal anak itu lagi.
Saya berusaha memahami maksud perkataan anak itu. Saya tidak memberinya jawaban atau penjelasan apapun. Hanya tersenyum. Dalam hatiku, beban ini begitu berat. Siap-siaplah untuk makan hati. Namun, jangan sakit hati.
Suatu malam di Perumahab Depag, Paccerakkang. Saya mendengar usulan mau buat kegiatan yang wow. Namanya masih terus dipikirkan. Saya turut andil dalam proses itu. Sebuah kegiatan pentas seni dan olahraga untuk anak SMA. Namanya Halaqah Latemmamala.
Kenapa Halaqah, saat itu kita melingkar merumuskannya. Seketika juga teringan di Padang Lampe saat akan makan. Berbentuk Halaqah. Yang kemudian dipaketkan dengan nama Bumi Latemmamala, Soppeng. Jadilah itu nama.
Kegiatan itu sudah berjilid-jilid. Bahkan menjadi program tahunan. Sekolah-sekolah ternama di Sulsel ambil bagian dalam event ini. Setidaknya kita sudah memulai, dan tidak akan mengakhiri. Karena kita semua satu keluarga. Keluarga kecil dulunya. Sekarang keluarga yang begitu besar.
Semua sekolah-sekolah tentu akan berlatih cukup keras dan gigih. Karena menantikan event tahun depan. Halaqah Latemmamala VI.
Ada satu hal hampir saya lupa. Menjawab pertanyaan anak itu tadi. Sampai sekarang saya belum menjawabnya. Padahal saya mau menjelaskan, apa kegiatanmu itu kau tidak belajar? Apa kegiatanmu itu tidak membuatmu terkenal? Cukup masyarakat dan sekolah yang terlibat menjawabnya.
Sekali lagi, saya masih gagal memberikanmu pemahaman. Tak ada lagi kesempatan untuk menjawab pertanyaanmu. Tempatmu sudah berbeda. Namun, doamu, perjuanganmu, harapanmu, serta semangatmu begitu menggebuh-gebuh dalam membesarkan organisasi ini.
IMPS UMI bukan lagi organisasi kecil ndi. Misi kemanusiaan dia terlibat, pengabdian dia ada, tak sia-sia kamu membesarkannya. Terima kasih ndi.
Elvira Dwi Fadliana.
Alfatihah.
Warga IMPS UMI
-Agung Pramono-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar