IKATAN MAHASISWA PELAJAR SOPPENG KOOPERTI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Post Page Advertisement [Top]


“ EKSISTENSI BUDAYA LOKAL SOPPENG DI ERA GLOBALISASI”

Pengaruh Globalisasi Terhadap BudayaLokal
Globalisasi yang sudah ada pada abad ke-20 tentunya alkan mempengaruhi seluruh aspek kehidupan bangsa. Salah satu aspek yang terpengaruh adalah kebudayaan. Kebudayaan merupakan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat terhadap berbagai hal yang mencakup pikiran atau ide. Salah satu pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian yang merupakan subsistem dari kebudayaan.

Kemajuan teknologfi yang cepat di masa ini mengakibatkan budaya asing terus masuk dalam bangsa ini yang tidak bisa dibatasi oleh aturan-aturan ketat yang mengikat karena dengan teknologi yang cukup suatu negara dapat mengekspor budayanya ke seluruh dunia. Situasi ini mengancam budaya lokal yang telah lama ada dalam keidupan sosial kultural masyarakat Indonesia. Budaya lokal yang dihadapkan pada persaingan budaya asing yang sudah banyak dianut masyarakat tidak terpungkiri perlahan tapi pasti tentu kekentalan budaya lokal akan mengalami penurunan.

Strategi yang paling tepat untuk mneguatkan daya tahan budaya lokal adalah menerima dampak positif dari budaya asing untuk dikombinasikan dengan budaya lokal. Problematika yang dihadapi masa ini tidak sama dengan problematika yang dihadapi di masa lalu karen dimana dunia sekarang ini sudah mengalami revolusi 4 T (Technology, 

Telecomunication, Transportation, Tourism). Kondisi ini mengakibatkan melunturnya warisan budaya. Bukti nyata kelunturan budaya itu antara lain gaya berpakaian, gaya bahasa, dan teknologiinformasi.

Budaya Sipakatau, Sipakalebbi, Sipakainge Dalam Dinamika Kehidupan Masyarakat
Budaya lokal diartikan sebagai kebudayaan yang tumbuh dan berkembang serta dimiliki dan diakui oleh masyarakat/suku setempat. Budaya lokal Bugis Sipakatau, Sipakainge, dan Sipakalebbi merupakan landasan pendikan karakter yang sangat kuat dan kukuh. Ketiga permata ini menjadi landasan berpikir pembinaan moral orang Bugis sejak dahulu kala.

Sipakatau
Sipakatau adalah sifat yang tidak saling membeda-bedakan, semua manusia sama, tidak ada perbedaan derajat, kekayaan, kecantikan, dsb. Dalam kehidupan, kita tidak selayaknya membedakan orang-orang. Kita harus saling menghargai dan menghormati sesama. Contoh budaya sipakatau di Soppeng yaitu memiliki adat “mattabe’- tabe” namun budaya “mattabe-tabe” sudah mulai pudar sekarang ini akibat prkembangan zaman dimana kalangan muda saat ini sudah mengabaikan tentang tata krama terhadap orang yang lebih tua dan sesamanya.

Sipakalebbi
Sipakalebbi adalah sifat saling menghargai sesama manusia. Kita sesama manusia, harus saling menghargai. Semua manusia ingin diperlakukan dengan baik. Dengan sipakalebbi diharapkan akan membawa manusia ke jalan yang benar. Jadi intinya adalah, apabila kita ingin diperlakukan dengan baik maka perlakukan pula orang lain dengan baik pula.

Sipakainge’
Sipakinge adalah sifat di mana kita saling mengingatkan. Apabila ada di antara kita yang melakukan kesalahan tidak ada salahnya kita saling mengingatkan. Tujuan saling mengingatkan agar dapat mengubah dan menghindari sifat-sifat tercela yang tidak disukai oleh Allah SWT.

Budaya Sipakatau, Sipakainge, Sipakalebbi sudah mulai luntur dikalangan masyarakat bugis sekarang ini, hal ini terjadi karena masyarakat sekarang ini sudah tidak memiliki komitmen yang kuat dalam menjalankan budaya kita tidak seperti masyarakat dulu yang memiliki komitmen kuat. Komitmen yang dimiliki masyarakat dulu yaitu “Identitas mencermikan harga diri suatu bangsa” karena jika kita tidak memiliki identitas maka harga diri suatu bangsa akan hilang.

Kemajuan globalisasi seharusnya bukan menjadi hambatan untuk melupakan apalagi tidak mengamalkan pendidikan karakter. Justru dengan kemajuan globalisasi, pendidikan karakter perlu diamalkan agar kita dapat terhindar dari virus negatif yang mungkin terjadi.

Pemertahanan Budaya Lokal Soppeng di Era Industri4.0
Era globalisasi dalam hal ini perkambangan terknologi dan informasi memberi andil yang besar dalam pertumbuhan ekonomi dunia, bahkan tekhnologi juga menjadi indicator kamajuan suatu negara. Perkembangan ekonomi akan menjadi lebih cepat apabila didukung oleh faktor kamajuan tekhnologi. Tekhnologi merupakan langkah lanjut dari peranan, modal dan jasa untuk perkembangan ekonomi. Makin cangggih tekhnologi berarti  makin tinggi efesiensi pertumbuhan ekonomi suatunegara.

Peradaban yang disebarkan oleh barat telah mengacu terhadap segala hal, dan hal itu telah menguasai dunia tak terkecuali bangsa Indonesia, peradaban bangsa kita saat ini secara perlahan mulai mengikuti kebudayaan bangsa barat.Kebudayaan barat masuk ke Indonesia disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya adalah kerana adanya krisis globalisasi yang telah meracuni sebagian besar masyarakat Indonesia.

Pengaruh kebudayaan barat berjalan sangat cepat dan menyeluruh. Tentunya hal itu akan menimbulkan pengaruh yang sangat luas pada sistem sosial dan budaya masyarakat Indonesia. Pengaruh yang berjalan begitu cepat tersebut menimbulkan terjadinya goncangan social atau culture shock yaitu suatu keadaan dimana masyarakat tidak mampu menahan berbagai pengaruh kebudayaan yang datang dari luar sehingga terjadi ketidak seimbangan di dalam kehidupan masyarakat yang bersangkutan.

Budaya barat yang masuk ke Indonesia menimbulkan multi efek. Perkembangan teknologi dan masuknya budaya barat ke Indonesia, tanpa disadari secara perlahan telah menghancurkan kebudayaan bangsa Indonesia. Rendahnya pengetahuan menyebabkan akulturasi kebudayaan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur yang terkandung didalam kebudayaan bangsa Indonesia. Masuknya kebudayaan barat tanpa disaring oleh masyarakat dan diterima secara mentah atau apa adanya, mengakibatkan terjadinya degredasi yang sangat luar biasa terhadap kebudayaan asli.

Ciri-ciri terjadinya globalisasi terhadap kebudayaan, yaitu :
▪ Berkembangnya pertukaran kebudayaaninternasional.
▪ Penyebaran prinsip multi kebudayaan(multiculturalism).
▪ Kemudahan akses suatu individu terhadap kebudayaan lain di luar kebudayaannya.
▪ Berkembangnya turisme danpariwisata
▪ Berkembangnya mode yang berskala global, seperti pakaian, film dan lainlain
▪ Persaingan bebas dalam bidangekonomi

Ada beberapa unsur kebudayaan yang harus diperhatikan dalam mempertahankan budaya lokal di era industri 4.0 yaitu :
▪ Bahasa
▪ Sistempengetahuan
▪ Kemasyarakatan atau organisasisosial

Ada 4 teknologi pemertahanan budaya lokal yang harus diperhatikan dalam mempertahankan budaya lokal di era industri 4.0 yaitu:
▪ Media pembanding informasibudaya
▪ Media literasibudaya
▪ Media publikasibudaya
▪ Media komunikasi lintasbudaya

Negri- Negri Yang Ada Dalam Sure’Meongmpalo
Wanua adalah pemukiman yang terintegrasi oleh sistem pertanian dimana masyarakat didalammnya memiliki ikatan darah yang sama tanpa tercampur darah dari masyarakat luar. Sure’ meongmpalo merupakan kreasi atau varian darai lagaligo. Naskah I LaGaligo disebut sebagai epos terpanjang di dunia yang mengalahkan epos Mahabarata dari India. Naskah ini sangat dikenal luas di masyarakat Bugis dan Sulsel pada umumnya. Dalam Naskah ini menceritakan Kisah kehidupan dunia atas, dunia tengah, hingga dunia bawah. Lantas apa hubungan naskah ilagaligo dengan masyarakat Soppeng. Dalam naskah i Lagaligo salah satu episode dari epos La Galigo tentang meong Palo karellae dan sangiang Seri (dewi padi), Dalam melakukan pengembaraannya dari luwu sangiangseri dan rombongan tiba di Enrekang, lalu terdampar di Maiwa (Duri), kemudian berturut-turut ke pattojo, Langkemme, terus ke Kessi, Watu (Soppeng)”. Dalam naskah I La Galigo juga menyebutkan beberapa nama tempat dalam wilayah Soppeng seperti Kampiri, Tinco, Ganra, Baringeng, Jampu, Limpomajang, Mario, Leworeng, Takalala, Kawu Kawu, Lompengeng, Soppeng Riaja dan Soppeng Rilau sebagai tempat pemukiman dari 12 orang anak La Sattungmpugiq dan We Tenri Abeng sebagai pewaris kerajaan yang ada ditana’.

Pengembaraan meong Palo karellae dan sangiang Seri (dewi padi) di Soppeng terdiri atas 5 wanua yaitu:
Wanua pertama yaitu wanua Pattojo dimana meong Palo Karellae dan sangiang seri pada saat tiba di Pattojo sudah sangat terkejut dengan perilaku masyarakat disana yang tidak sesuai adab dan perlakuan yag tidak baik yang didapat oleh meong Palo Karellae dan sangiang seri dari masyarakat sekitar akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Pattojo dan menuju wanua Langkemme.

Wanua Langkemme merupakan wanua kedua yang disinggahi oleh meong Palo Karellae dan sangiang seri. Wanua Langkemme adalah wanua yang sudah mengalami peradaban budaya karena masyarakat disana sudah memiliki rumah panggung. Meong Palo Karellae dan sangiang seri pada saat di Langkemme menemukan berbagai varietas tanaman yang ditanam masyarakat disana yaitu padi (ase), jawawut(betteng), gandum dan jagung(barelle) tetapi meong Palo Karellae dan sangiang seri tidak betah tinggal di wanu Langkemme karena masyarakat disana selalu melakukan perselisihan akhirnya meong Palo Karellae dan sangiang seri memutuskan untuk pindah dan tiba di wanuaKessi.

Wanua Kessi merupakan wanua ketiga yang disinggahi oleh meong Palo Karellae dan sangiang seri tetapi di wanua Kessi ini meong Palo Karellae dan sangiang seri juga tidak menetap di wanua ini karena masi sering timbum peselisihan antar masyarakat dan adanya perilaku-perilaku masyarakat yang tidak sesuai aturan akhirnya meong Palo Karellae dan sangiang seri memutuskan untuk berpindah tempat dan tiba di Lipu Watu.

Lipu Watu merupakan daerah keempat yang disinggahi meong Palo Karellae dan sangiang seri. Lipu Watu tidak disebut dengan wanua karena Watu merupakan daerah yang memiliki penduduk yang lebih padat dan negeri atau daerah yang luas. Meong Palo Karellae dan sangiang seri juga tidak menetap di Watu karena masyarakat di Watu tidak memperlakukan padi dengan baik dimana padi di simpan di atas rumah (rakkiang) tapa melihat waktu dan keadaan daan padi disimpan secara sembarangan. Akhirnya ini meong Palo Karellae dan sangiang seri memutuskan untuk meninggalkan Watu dan kembali berjelajah dan tibalah ini meong Palo Karellae dan sangiang seri di wanuaLisu.

Wanua Lisu merupakan wanua kelima yang disinggahi oleh meong Palo Karellae dan sangiang seri di wanua Lisu masyarakat mengenal ritual “Maddoja Bine” dimana benih padi dijaga semalaman oelh masyarakat disana sebelum ditanam keesokan harinya. Meong Palo Karellae dan sangiang seri juga tidak menetap di Lisu karena di Lisu istri-istri tidak menghormat para suaminya dan perlakuan Matoa yang tidak adil kepadarakyatnya.

Perlakuan yang didapat Meong Palo Karellae dan sangiang seri di Soppeng akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Soppeng dan berpindah di Barru. Ketika memasuki daerah Barru kondisi Meong Palo Karellae dan sangiang seri sudah sangat lemah dan timbullah keinginan Meong Palo Karellae dan sangiang seri untuk meninggalkan bumi dan kembali ke langit namun ketika Meong Palo Karellae dan sangiang seri tiba dilangit sudah tidak diterima oleh kedua orang tuanya. Akhirnya Meong Palo Karellae dan sangiang seri kembali ke Barru, tanpa tersadari sudah 7 hari Meong Palo Karellae dan sangiang seri  di Barru akhirnya ia memberi petua kepada masyarakat bumi agar senantiasa hidup sesuai aturan dan tidak melanggar peraturan yang ada maka bumi yang ditinggali tidak akan mendapat kerusakan atau bencana.

IMPS UMI JAYA
IMPS UMI KITA SEMUA
BERKOBARLAH SELALU
ADE’NA YASISOPPENGI , SIRI’NA RIJAGAI ,TO SISOPPO SOPPO NA TO SIPALOPPO
BELAJAR ,BERJUANG BERTAQWA 

ANIFATUL MU’AWANAH 
FARMASI ANGKATAN 2019



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]

| Designed by Colorlib